KKN(Korupsi, Kolusi, Nepotisme) di Indonesia sudah sangat menyatu dengan budaya masyarakatnya. Contoh sederhananya ada di sekitar kita. Pedagang yang curang dengan menyetel berat timbangannya. Murid SD yang diam-diam mengunyah gorengan tanpa membayar. Guru yang mengutip uang dari murid dengan seribu alasan yang selalu menyudutkan. Proses pembuatan KTP yang berbelit-belit hingga memungut biaya yang mencekik.
Mungkin karena alasan itulah, organisai yang saya anggap "paling jujur" di Indonesia terbentuk. Yap, itulah KPK(Komisi Pemberantasan Korupsi).
Perjalanan KPK sungguh sangat-sangat tidaklah mudah. Dari awal berdirinya hingga sekarang, teror hitam politik masih saja berdatangan. Penyerangan terhadap penyidik, tuduhan adanya keterkaitan orang dalam KPK dengan kasus yang sedang ditangani, fitnah-fitnah kejam yang bertujuan menjatuhkan martabat KPK beserta punggawa-punggawanya di mata publik.
Bukan hanya serangan dari luar, bahkan kini KPK dimusuhi saudaranya sendiri di konstitusi pemerintahan. Saudara yang harusnya turut mendukung KPK memusnahkan korupsi dari negara ini yang jelas-jelas menjerat leher para rakyat dengan ekonomi menengah ke bawah. Saudara KPK itu tidak lain dan tidak bukan adalah DPR.
Pahit bukan? Lembaga yang dipercaya masyarakat mampu menjadi mulut mereka di pemerintahan justru ikut-ikutan menjatuhkan KPK. Revisi UU KPK yang diajukan beberapa waktu lalu dianggap salah satu jalan untuk memotong taji KPK yang selama ini ditakuti para kriminal berdasi.
KPK diberi batas umur 12 tahun, penyadapan harus dengan izin pengadilan, tidak lagi bisa mengajukan tuntutan, tidak bisa merekrut pegawai sendiri, dan lain-lain. Poin-poin dalam revisi tersebut sangatlah memberatkan langkah KPK dalam menyucikan negara korup ini.
Tak perlu ditanya kenapa tiba-tiba DPR mengajukan revisi tersebut. Satu-satunya alasan pasti adalah orang-orang penting dalam DPR takut namanya timbul ke permukaan terkait kasus mega korupsi E-KTP.
Lebih dari 2 triliun rupiah habis begitu saja di tangan para pejabat laknat negara ini. Uang itu mereka gunakan untuk menambah koleksi mobil mewah, membangun istana di atas bukit, berfoya-foya di mall ataupun diskotik, mungkin juga uang itu mereka hamburkan ke dunia prostitusi.
Ini sederet kata dari saya untuk menunjukkan betapa liciknya musang berbulu domba dalam pemerintahan kita yang makin kelam ini. Sebagai sesama umat yang dirugikan, saya ingin menanyakan satu hal pada anda semua.
Komentar
Posting Komentar